TERKAIT : All Artikel Islam, Artikel Rasulullah
Memeriksa Keaslian ALKITAB dan AL-QUR'AN
MENJAWAB BEBERAPA KEBERATAN TENTANG ISLAM
KETINGGIAN AKHLAK RASULULLAH SAW.
Pengaruh Kehidupan Rasulullah saw bagi Umat Islam
Respon Nyata Menanggapi Film anti Islam the Innocence of
Muslim
Nabi Muhammad Rasulullah saw Dalam Pandangan non-Muslim
Kejujuran, Bukti Kebenaran Muhammad Rasulullah saw
KONSEP JIHAD DALAM ISLAM
Rasulullah saw memiliki tingkat derajat kekuatan rohani dan
kesempurnaan batin serta akhlak yang sempurna (QS 68:4), sehingga tidak heran
kalau beliau dijadikan sebagai teladan bagi umat manusia. (QS 33:21). Segala
nilai akhlak tinggi berpadu pada pribadi beliau dalam suatu keseluruhan yang
sempurna lagi serasi. Siti ‘Aisyah r.a., istri Rasulullah saw. yang sangat
berbakat, ketika pada sekali peristiwa diminta menerangkan peri keadaan
Rasulullah saw., bersabda, “Beliau memiliki segala keagungan akhlak yang disebut
dalam Alquran sebagai ciri-ciri istimewa seorang abdi Allah yang sejati”
(Bukhari)
Salah satu hal penting dari akhlak rasulullah saw adalah
kejujuran. Kejujuran adalah satu barometer untuk menilai kebenaran risalah
kenabian para utusan Allah. Yaitu sosok yang terkenal jujur yang mana para
musuh para nabipun mengakuinya - maka tidak mungkin ia tiba-tiba membawa
kebohongan yang mengatasnamakan Tuhan. Hal itulah yang disinggung di dalam
Al-Qur’an berkaitan dengan Rasulullah saw:
Katakanlah: "Jikalau Allah menghendaki, niscaya aku
tidak membacakannya kepada kalian dan Allah tidak (pula) memberitahukannya
kepada kalian. Sesungguhnya aku telah tinggal bersama kalian beberapa lama
sebelumnya. Maka apakah kalian tidak memikirkannya?" (QS 10:17).
Dengan kata lain Rasulullah saw hendak mengatakan Saya
bukanlah orang yang berdusta dan mengada-ada. Lihatlah, saya selama 40 tahun
sebelumnya tinggal di antara kalian. Apakah kalian telah membuktikan kedustaan
saya atau saya sebagai orang yang mengada-ada? Jika tidak seharusnya kalian
berpikir dan timbul pemahaman bahwa seorang yang sampai hari ini tidak pernah
berdusta dalam corak apapun dan sekecil apapun, maka bagaimana mungkin
tiba-tiba pada hari ini ia berdusta atas nama Tuhan?"
Pengakuan akan Kejujuran Rasulullah saw
Kejujuran Rasulullah saw sendiri telah diakui tidak saja
oleh orang terdekat beliau tetapi oleh para musuh beliau sendiri.
Kejujuran di Masa Muda
Di masa muda, jauh sebelum pendakwaan beliau sebagai nabi,
para pemuka Arab telah mengakui kejujuran
Rasulullah saw dan menyebutnya sebagai al-amin.
Hal itu dapat kita jumpai dalam peristiwa pemugaran Ka’bah, suku-suku
berselisih tentang siapa yang paling berhak memindahkan Hajar Aswad, sampai
akhirnya diambil kesimpulan bahwa siapa yang datang paling pertama kesokan
harinya maka apapun keputusannya, itulah yang akan diterima. Keesokan harinya
ternyata yang datang pertama kali adalah Nabi Muhammad saw. Maka mereka yang
melihat Rasulullah saw yang datang pertama, mereka langsung mengatakan: – haa
dzal amiin (ini adalah orang yang jujur), kita senang karena orangnya adalah
Muhammad (saw.)". Tetapi dalam pelaksanaannya Nabi Muhammad saw tidak egois melainkan beliau menyuruh
untuk membawa sehelai kain, yang mana setiap pemuka suku masing-masing memegang
setiap sudut kain dan mengangkat Hajar Aswad secara bersama-sama.
(Assiratunnabawiyyah li ibni Hisyam isyaaratu abi umayyata bitahkiimi awwali
daakhilin fakaana Rasulullah saw. )
Kesaksian Siti Khadijah r.a.
Kemudian perhatikanlah akhlak Rasulullah saw di masa muda
yang beliau jalani. Setelah Khadijah r.a
mendengar perihal kebenaran tutur kata, kejujuran dan keluhuran budi pekerti
beliau (saw) maka beliau (r.a.) mempercayakan kepada Nabi Muhammad saw untuk berniaga
dengan menyerahkan hartanya kepada beliau saw. Dalam perjalanan itu Maisarah,
pembantu Siti Khadijah r.a., juga ikut bersama beliau saw. Pada saat
kembalinya, Maisarah menceriterakan ihwal perjalanan beliau saw. Setelah
mendengar kisah perjalanan itu Khadijah sangat terkesan dengan kisah perjalanan
itu. Maka kemudian beliau menyuruh mengirim pinangan kepada Rasulullah saw.
Beliau terkesan karena beliau (saw.) sangat memperhatikan ikatan tali
kekerabatan, terpandang di masyarakat, seorang yang jujur dan memiliki budi
pekerti yang luhur serta senantiasa berkata benar. (Assiratunnabawiyyah liibni
Hisyam hlm. 149.)
Kesaksian Istri
Istri-istri merupakan pemegang rahasia baik buruknya
perilaku suami, merekalah yang dapat memberikan kesaksian akan kondisi rumah
tangga dan urusan-urusan sehari-hari; kesaksian mereka itulah yang bisa
dipegang dan memiliki nilai bobot yang dapat dijadikan standar. Begitu juga
yang tertera dalam sebuah riwayat Ummul mu'minin, Aisyah ra dalam meriwayatkan
tentang turunnya wahyu pertama kepada Rasulullah saw. Menyebutkan bahwa
Rasulullah saw. Menumpahkan kerisauan beliau kepada Ummulmu'minin Khadijah r.a. saat turunnya wahyu pertama.
Maka seraya menghibur kepada beliau Khadijah r.a. berkata kepada beliau:
"Tidaklah seperti apa yang Tuan Pikirkan. Selamat sejahtera atas Tuan.
Demi Allah, Allah tidak akan pernah menghinakan Tuan. Tuan menyambung tali
ikatan silaturrahmi dan senantiasa berkata benar dan berperilaku dan berbudi
pekerti baik. (kitabutta'biir awwalu bab maa bada'a bihi Rasulullaah saw minal
wahyi arru'ya shaalihah. )
Kesaksian Abu Bakar Shiddiq r.a.
Kemudian perhatikanlah kesaksian sahabat beliau. Sahabat
yang dari sejak kecil bermain bersama-sama, tumbuh remaja hingga dewasa, yakni
Abu Bakar r.a.. Sahabat ini dalam setiap keadaan senantiasa membenarkan beliau
dan hanya melihat dan mendengar beliau saw. sebagai seorang yang senantiasa
menekankan akan kebenaran. Oleh karena itu di dalam benak beliau sama sekali
tidak dapat terbayangkan bahwa Rasulullah dapat mengucapkan kata-kata dusta.
Sebagaimana tertera dalam sebuah riwayat bahwa Abu Bakar r.a
ketika mendengar pendakwaan beliau sebagai nabi maka kendati berbagai
penjelasan telah diberikan oleh Rasulullah saw., beliau r.a. tidak meminta
argumentasi; sebab sepanjang hidup beliau r.a. inilah yang beliau saksikan
bahwa beliau saw. senantiasa berkata jujur. Beliau hanya bertanya kepada
Rasululah saw. bahwa apakah benar beliau saw. telah mendakwakan diri sebagai
nabi? Maka Rasulullah ingin terlebih dulu memberikan penjelasan, tetapi dalam setiap
kali ingin memberikan keterangan, inilah yang beliau tanyakan bahwa
"Berilah jawaban kepada saya ya atau tidak". Atas jawaban ya yang
Rasulullah saw berikan, beliau mengatakan:
"Di hadapan saya terbentang seluruh kehidupan Tuan di
masa lalu. Oleh karena itu bagaimana saya bisa dapat mengatakan bahwa seorang
hamba Allah yang senantiasa berkata benar tiba-tiba menjadi orang yang berdusta
kepada Tuhan?" (Dalaailunnubuwwah lil Baihaqi jilid 2 hlm. 164 darul kutub
alilmiyyah Bairut)
Kesaksian Pihak Lawan
Kejujuran Rasulullah saw diakui juga oleh musuh-musuh beliau
sendiri, tetapi tidak seperti halnya Abu Bakar Siddiq yang menerima beliau
dengan suatu pemikiran yang dilandasi hati yang bersih – yaitu seseorang yang
selalu berkata benar maka tidak mungkin dia tiba-tiba berdusta untuk hal yang
sangat besar yaitu berdusta atas nama Tuhan -
para musuh Rasulullah saw kendati di satu sisi mengakui kejujuran dan
kelurusan Rasulullah saw tetapi mereka tidak bisa menangkap rahasia dibalik
pengakuan kejujuran dari mereka tersebut.
Satu contohnya adalah ketika terjadi usaha stigmatisasi pada
diri Nabi Muhammad saw. Para pemuka Quraisy berkumpul yang di dalamnya terdapat
Abu Jahal dan musuh yang paling besar beliau Al-Akhdhar bin Haris. Salah
seorang berkata bahwa hendaknya Rasulullah (saw) dianggap sebagai tukang sihir
atau beliau dinyatakan sebagai seorang yang pendusta, maka Nadhar bin haris
berdiri lalu berkata,
"Hai kelompok Quraisy! Kalian terperangkap dalam suatu
masalah yang untuk menghadapinya tidak ada cara yang kalian dapat tempuh.
Muhammad (saw) di antara kalian adalah seorang pemuda yang kalian paling
cintai, merupakan pemuda yang paling benar dalam ucapan. Di antara kalian
merupakan orang yang paling jujur. Kini kalian telah melihat tanda-tanda umur di
keningnya dan amanat yang dibawanya dan kalian mengatakan bahwa itu adalah
sihir? Di dalam dirinya tidak ada bau-bau sihir. Kamipun telah melihat tukang
tenung. Kalian mengatakan bahwa dia adalah seorang theosopi (yang berbicara
dengan jin/kahin), kamipun telah melihat theosopi (tukang jin/kahin). Dia sama
sekali bukanlah ahli teosopi (kahin). Kalian mengatakan bahwa dia adalah
seorang penyair. Dia sama sekali bukanlah seorang penyair. Kalian mengatakan
bahwa dia adalah orang gila, tetapi di dalam dirinya sama sekali tidak ada
tanda-tanda orang gila. Hai kelompok Quraisy, renungkanlah, kalian tengah
berhadapan dengan suatu masalah yang besar". (Assiratunnabawiyyah li-ibni
Hisyam hlm. 224. )
Kesaksian Abu Jahal
Kemudian satu kesaksian lain yaitu kesaksian musuh beliau,
Abu Jahal. Ali r.a meriwayatkan bahwa Abu Jahal berkata kepada Nabi saw,
"Kami tidak mengatakan engkau dusta. Namun, kami
menganggap dusta ajaran yang engkau bawa".
Apabila hati sudah tertutup, jika akal seseorang tidak
bekerja lagi maka baru seperti itulah yang dia akan katakan. Oleh karena itulah
Allah berfirman, "Cobalah gunakan sedikit akal kalian, apakah seorang yang
benar dapat mengajarkan ajaran yang dusta? Orang yang benar tentu yang pertama
dilakukannya adalah berdiri melawan ajaran yang tidak benar."
Kesaksian Abu Sufyan
Ibni Abbas r.a meriwayatkan bahwa Abu Sufyan bin Harb
memberitahukan kepada beliau bahwa "Pada saat saya pergi ke Syam bersama
kafilah para pedagang, Raja Romawi Heraklius memanggil kafilah kami supaya dia
bisa menanyakan beberapa pertanyaan berkenaan dengan Rasulullah saw. Abu Sufyan
memberikan keterangan mengenai pembicaraan beliau di istana Raja Roma kepada
Heraklius bahwa "Dia (Heraklius) menanyakan kepada saya beberapa
pertanyaan. Salah satu diantara pertanyaan itu adalah bahwa: Apakah sebelum
pendakwaannya kalian telah menuduh dia berkata dusta?
Sebagai jawaban kepadanya saya mengatakan bahwa kami tidak
pernah menuduhnya berdusta. Maka Heraklius berkata bahwa ketika kamu memberikan
jawaban dalam bentuk negative (kata tidak), maka saya dapat memahami dalam
keadaan seperti itu tidak pernah terjadi bahwa seseorang yang tidak pernah
berdusta kepada siapapun tetapi tetapi kepada Tuhan dia berdusta".
Heraklius bertanya, "maa dzaa ya'murukum - apa yang
Muhammad perintahkan kepada kalian?" Abu Sofyan menjawab, "Dia
memerintahkan kepada kami, sembahlah Allah yang merupakan sembahan yang benar
dan Tuhan Yang Esa dan janganlah menyekutukan-Nya dengan apapun dan
tinggalkanlah apa yang nenek-moyang kalian katakan. Dan dia memerintahkan
kepada kami untuk melakukan shalat, senantiasa berkata benar, menjadi orang
yang suci bersih dan memperhatikan ikatan tali silaturrahmi". Maka
selanjutnya Heraklius mengatakan bahwa "Apa yang engkau katakan jika itu
benar maka tidak lama lagi dialah yang akan menjadi pemilik dimana tempat kaki
saya berpijak sekarang ini". (Bukhari kitab badul wahyi nomor 7. )
Kehebatan Ru'ub (Kharisma) Rasulullah saw.
Kendati tidak beriman, terdapat pengaruh wibawa kebenaran
beliau saw, yang menggetarkan hati para penentang. Dan mereka senantiasa dalam
keresahan bahwa seandainya perkataan dan ajaran yang dibawa oleh Muhammad (saw)
benar maka apa yang akan terjadi dengan mereka.
Berkenaan dengan ini terdapat sebuah riwayat dimana pada
suatu kali orang-orang Quraisy mengirimkan Utbah seorang pemuka Quraisy sebagai
delegasi Quraisy untuk menghadap Rasulullah saw.. Dia berkata,
"Kenapa engkau mencela sembahan kami, dan mengapa
mengatakan nenek moyang kami sesat? Apapun keinginan Anda akan kami penuhi
dengan syarat berhentilah engkau dari hal-hal tersebut". Rasulullah saw.
mendengarkan semua perkataannya dengan tenang dan sabar. Ketika dia telah
mengatakan semuanya, maka Rasulullah saw. membaca beberapa ayat surah -- Haa
miim Fushshilat. Ketika beliau sampai kepada ayat bahwa "Aku
memperingatkan kalian dengan azab kaum 'Ad dan kaum Tsamud", maka Utbah
mencegah beliau, supaya berhenti dan dengan rasa ketakutan dia segera bangkit
dan pergi.
Sesampainya kepada orang Quraisy ia berkata, “Apakah kalian
mengetahui bahwa Muhammad saw. apabila dia mengatakan sesuatu maka dia tidak
pernah berdusta. Saya khawatir jangan-jangan akan turun azab kepada kalian yang
dia peringatkan kepada kalian.” Semua para pemuka itu setelah mendengar ini
menjadi terdiam. (Assiratul halbiyyah dari Allamah Burhanuddin jilid I hlm. 303
cetakan Bairut. )
Kesaksian Para Pemuka Qurays
Kemudian kesaksian akan kebenaran beliau tidak hanya keluar
dari orang perorag saja bahkan semua kaum memberikan kesaksian akan kebenaran
ucapan beliau. Ketika perintah wa andzir ‘asyiira takalaqrabiin–" Dan
berilah kepada kerabat-kerabat engkau yang terdekat, apa yang Allah telah
turunkan kepada engkau". Maka Rasulullah saw. naik ke bukit Safa dan
dengan suara lantang beliau memanggil nama-nama semua kabilah Quraisy. Ketika
semua orang berkumpul maka beliau bersabda bahwa,
"Hai Quraisy! Jika saya memberitahukan kepada kalian
bahwa di belakang gunung itu ada lasykar yang bersembunyi yang tidak lama lagi
akan melakukan penyerangan terhadap kalian, apakah kalian akan meyakini
kata-kata saya?"
Padahal ketinggian bukit tersebut tidak dapat memungkin
untuk dijadikan sebagai tempat persembunyian, tetapi oleh sebab mereka mengetahui
bahwa Muhammad (saw) tidak pernah berdusta, semua dengan suara bulat mengatakan
ya, kami pasti akan mempercayainya, sebab kami senantiasa mendapatkan engkau
sebagai orang yang selalu berkata benar.
Maka beliau saw kemudian bersabda lagi, "Kalau begitu dengarlah,
saya memberitahukan kepada kalian bahwa lasykar azab Tuhan telah sampai kepada
kalian, berimanlah kepada Tuhan dan hindarilah diri kalian dari azab
Ilahi". (Sirat Khatamunnabiyyin Pengarang Hadhrat Mirza Basyir Ahmad MA
hlm. 128. )
Kali ini setelah mendengar kata-kata ini orang-orang Quraisy
meninggalkan tempat itu dan mereka mulai mengolok-olok dan mentertawakan ajaran
beliau. Tetapi satu hal yang pasti mereka sama sekali tidak mengatakan bahwa
beliau pendusta. Jika ada kata-kata yang keluar dari mulut mereka maka itu
adalah bahwa beliau senantiasa berkata benar dan sungguh beliau senantiasa
berkata benar. Standar dan mutu kebenaran beliau sedemikian tinggi, jelas dan
terang sehinga tidak mungkin timbul masalah bahwa ada yang bisa menuduh beliau
berdusta, kendati secara isyarah sekalipun.
Setelah membaca sebagian dari kesaksian-kesaksian diatas
siapa yang bisa mengatakan bahwa beliau bukanlah seorang yang berkata benar dan
bukan seorang Nabi Allah. Tidak ada yang dapat mengatakan hal seperti itu ini,
kecuali yang hati, telinga, dan matanya telah dicap dan telah ditutupi tirai,
tidak ada lagi yang dapat mengatakan hal seperti itu. Dan Rasulullah saw.
sendirilah yang menzahirkan kebenaran dan kejujuran itu dan tidak hanya
menyebarkan bahkan di dalam hati orang yang mengimani beliaupun beliau ciptakan
di dalam hati mereka pun beliau penuhi dengan sepenuh-penuhnya.
Dan dengan mengatakan kebenaran dan dengan mengimani
kebenaran itulah banyak sekali orang-orang di masa-masa awal siap untuk menemui
ajalnya. Tetapi mereka mengatakan yang benar itu benar. Sebagaimana saya telah
katakan bahwa suatu ajaran yang tinggi dan untuk memeriksa karakter orang yang
membawanya sangat perlu melihat juga standar kebenaran dalam kehidupan orang
itu. Dan standar ini yang paling besar kita dapat lihat adalah di dalam
kehidupan Rasulullah saw..
Standar kebenaran beliau di masa kanak-kanak dan ketika
telah dewasa sangat tinggi sekali, yang mengenainya kita telah melihat
kesaksiannya dalam berbagai kesempatan. Musuhpun kendati tidak yakin terhadap
ajaran beliau dan tidak yakin kepada Tuhan namun setelah mendengar peringatan
dari pihak beliau, setelah mendengar sesuatu yang memperingatkan maka mereka
menjadi ketakutan. Semoga kejujuran itu juga menjadi standar kita dalam semua
bidang kehidupan. Aamiin.
0 komentar:
Posting Komentar