Raihlah Prestasimu !

JADIKANLAH HIDUPMU SELALU BERGUNA UNTUK SESAMA-MU

Potensi


Melejitkan Potensi Menghafal Al-Quran Dengan Quantum Tahfidz

Quantum Tahfidz atau menghafal Alquran ala Quantum ini ingin mengadopsi metode dari quantum learning yang dikembangkan oleh Bobbi DePorter dan Mike Hernacki. Quantum learning merupakan suatu kiat, petunjuk, strategi dan seluruh proses belajar yang dapat mempertajam pemahaman, daya ingat serta belajar sebagai proses yang menyenangkan dan bermakna. Quantum learning berakar dari upaya Georgi Lozanov, pendidik berkebangsaan Bulgaria. Ia melakukan penelitian yang disebutnya suggestology. Prinsipnya adalah bahwa sugesti dapat dan pasti mempengaruhi hasil situasi belajar.
Quantum Tahfidz tidak mau kalah dengan Fisika Quantum. Quantum tahfidz menjelaskan bagaimana cara menghafal efektif sehingga mendapatkan hasil yang sama dengan kecepatan cahaya. Metode D’One, potret, TTS (Teka-Teki Silang), titian ingatan, sistem cantol, audio (talaqqi), shalat li hifzhil Quran, 5 ayat dan kisah adalah sebagian cara Quantum Tahfidz untuk mencapai kecepatan cahaya. Salahsatu metode yang ditawarkan Quantum Tahfidz adalah metode satu hari satu ayat atau One Day One Ayat yang disingkat D’One. Metode ini digagas dan telah dikembangkan oleh Ustaz Yusuf Mansur untuk para santrinya di pesantren Tahfiz-SDQI Tangerang. Menghafal Alquran satu hari satu ayat adalah metode termudah yang ada selama ini di dunia. Metode Quantum Tahfidz (QT) dapat dikembangkan di mana saja, kapan dan oleh siapa saja, berdasarkan pengalaman di lapangan. Hanya saja metode QT tidak terlepas dari indra, intens, emosional, lain sendiri, kemampuan untuk bertahan, keutamaan pribadi, pengulangan, pertama dan terakhir.
Untuk menciptakan asosiasi yang paling tepat maka kita harus fokus pada delapan kata berikut ini:
1. Indra. Pengalaman menghafal Alquran yang melibatkan penglihatan, bunyi, sentuhan, rasa atau gerakan umumnya sangat jelas dalam memori kita. Dan jika menyangkut lebih dari satu indra, suatu ayat yang dihafal bahkan menjadi lebih mudah diingat. Misalnya, kita membaca suatu ayat yang sedang dihafal dengan suara keras (jahar), sementara pada saat bersamaan kita melakukan hal itu, kita melibatkan indra pendengaran dan indra kinestetik (gerakan) seperti ketika menjadi imam dalam salat.
2. Intens. Kita cenderung untuk mengingat hal-hal yang absurd, seksual, penuh warna, berlebih-lebihan dan imajinatif. Dalam menghafal Alquran kita harus menggunakan mushaf yang berbeda dari yang lain dan enak dipandang mata kita. Seperti mushaf tajwid berwarna-warni, tulisan khatnya indah tidak kaku, kertasnya keemasan dan seterusnya.
3. Lain sendiri. Lain sendiri di sini adalah memberi tanda yang berbeda dari kebanyakan orang. Dengan perbedaan ini, ingatan akan menjadi lebih tajam. Demikian halnya menghafal Alquran, jadikan Alquran Anda berbeda dari yang lain, seperti semua ayat Alquran tertulis hitam putih maka kita dapat menggunakan spidol atau stabilo pada ayat-ayat yang kita hafal terutama yang sering salah atau lupa.
4. Emosional. Kesan bermuatan cinta, kebahagiaan dan kesedihan mudah untuk diingat. Pernah-kah Anda melupakan cinta pertama Anda, atau hari kelahiran anak Anda? Tentu saja tidak! Begitu pula untuk menghafal Alquran kita akan cepat hafal pada ayat yang menyentuh emosi kita. Pengalaman penulis berhasil menghafal surah Yusuf karena kisah Yusuf menyentuh relung-relung qalbu. Di sini diperlukan pemahaman terhadap ayat yang hendak dihafal.
5. Kemampuan untuk bertahan. Jika hidup Anda tergantung pada hafalan Alquran, Anda dapat bertaruh bahwa Anda tidak akan lupa terhadap hafalan Alquran. Seorang santri beasiswa di Taruna Daarul Quran harus lulus target 3 juz per tahun atau mahasiswa yang kuliah di perguruan tinggi dimana tahfiz menjadi syarat utama mengikuti ujian seperti PTIQ, IIQ, LIPIA, Universitas Al-Azhar Kairo, maka mahasiswa akan berusaha menghafal dengan sungguh-sungguh sesuai target.
6. Keutamaan pribadi. Kita semua termotivasi untuk mengingat ayat-ayat yang mempunyai arti khusus bagi kita sebagai individu. Misalnya, ayat yang menjelaskan tentang nama kita. Ada seorang teman bernama Syaikhu ketika diajak berkenalan ia akan menyebutkan ayat yang berbunyi “wa abuunaas syaikhun kabiir: Dan ayah kami seorang yang sudah tua.” (QA Al-Qashash [28]: 23). untuk menjelaskan usianya yang sudah 40 tahun.
7. Pengulangan. Pengulangan adalah membaca secara berulang-ulang. Kebanyakan kita menghafal dengan membaca mengulang-ulang, beberapa informasi menempel selama waktu singkat. Misalnya kita dapat menghafal al-Fatihah dengan lancar karena surah ini sering dibaca berulang-ulang dalam bacaan salat. Atau kita mudah menghafal surah Yaasin karena surah ini sering dibacakan pada malam Jumat atau di waktu takziyah kematian.
8. Pertama dan Terakhir. Jika kita membaca daftar beberapa benda, kita paling mungkin mengingat benda pertama dan yang terakhir dalam daftar tersebut. Begitu pula dalam menghafal Alquran. Kita, misalnya, hafal surah al-Fatihah karena terletak di halaman depan Alquran dan surah An-Naas karena terletak di halaman terakhir Alquran. Maka, dengan demikian, hal pertama dan terakhir adalah unsur penting.
Melalui kedelapan prinsip Quantum Tahfidz ini, mudah-mudahan seseorang akan merasakan pengalaman menghafal Alquran yang enjoy, fun dan penuh makna. Bahkan calon hafiz akan cepat menangkap pesan dan kesan dari ayat-ayat yang dihafal. Hal ini dikarenakan metode Quantum Tahfidz ini dikembangkan berdasarkan multiple intelligences (kecerdasan majemuk) pada diri manusia antara lain cerdas visual (cerdas rupa), cerdas auditori (cerdas pendengaran), kecerdasan verbal-linguistik (kecerdasan bahasa), kecerdasan kinestetik (cerdas memahami tubuh), cerdas interpersonal (cerdas sosial), dan cerdas logis-matematis. Sumber:

0 komentar:

Posting Komentar

 
Buatan Sendiri
Hak Cipta Nasarudin Taufik © Guru Bahasa Indonesia. TAHFIDZ QURAN SMP MUHAMMADIYAH 1 SURAKARTA